NPM : 27111569
KELAS : 3KB04
Pengertian Kata
Pengertian kata atau definisi
kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf besar yang mempinyai arti. Namun
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki cara tersendiri dalam
mendefinisikan. Kata adalah sederetan huruf yang di apit dua spasi dan
mempunyai arti.
Sinonim : kata-kata yang memiliki makna sama.
v Antonim : kata-kata yang memliki makna berlawanan.
v Homonim : kata yang punya lafal dan bentuk sama tapi berbeda makna.
v Homograf : kta yang punya tulisan sama, tapi beda makna dan lafalnya.
v Homofon : kata yang sama lafal, tapi tulisan dan maknanya berbeda.
v Hiponim : adalah kata yang terangkum dalam makna yang lebih luas.
v Polisemi : kata yang punya banyak makna tapi termasuk satu
alur pusat.
Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf, polisemi, hipernim,
dan hiponim
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh:
binatang=fauna
bohong=dusta
haus=dahaga
pakaian=baju
bertemu=berjumpa
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Contoh:
binatang=fauna
bohong=dusta
haus=dahaga
pakaian=baju
bertemu=berjumpa
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga dengan lawan kata.
Contoh:
keras x lembek
naik x turun
kaya x miskin
surga x neraka
laki-laki x perempuan
atas x bawah
Homonim adalah suatu kata yang
memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama
disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka
disebut homofon. Contoh:
Amplop (homofon)Untuk mengirim surat untuk bapak presiden kita
harus menggunakan amplop (amplop = amplop surat biasa)
Agar bisa diterima menjadi pns ia memberi amplop kepada para
pejabat (amplop = sogokan atau uang pelicin)
Bisa (homofon)
Bu kadir bisa memainkan gitar dengan kakinya (bisa = mampu)
Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa =
racun)
Masa dengan Massa (homograf)
Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa
= masyarakat umum)
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata “kepala” dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata “kepala” dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh:
Guru yang dulunya
pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto
emas. (kepala bermakna pemimpin).
Kepala anak kecil itu
besar sekali karena terkena penyakit hidrosepalus. (kepala berarti bagian tubuh
manusia yang ada di atas).
Tiap kepala harus
membayar upeti sekodi tiwul kepada ki joko cempreng. (kepala berarti individu).
Pak Sukatro membuat kepala surat untuk pengumuman
di laptop eee pc yang baru dibelinya di mangga satu. (kepala berarti bagian
dari surat).
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim. Contoh :
Hipernim : Hantu. Hiponim :
Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul,
genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
Imbuhan dalam bahasa asing dan upaya pengindonesiaan
Dengan adanya kemungkinan membentuk nomina lewat penambahan sufiks -wan/-wati, pemakai bahasa Indonesia berpeluang memilih cara
pembentukan nomina dengan prefiks per-, peng-, atau dengan memakai sufiks -wan/-wati. Kaidah untuk menentukan bentuk mana yang dipakai
bersifat idiomatis,
artinya pilihannya hanya berdasar pada adat bahasa. Orang yang hidup dari, atau yang bergerak di
bidang seni, secara idiomatis disebut seniman dan bukan peseni. Demikian pula kita dapati kata budiman, hartawan, ilmuwan yang
sudah baku dan mantap sehingga kita menolak bentuk lain seperti pembudi, pengharta, dan pengilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar